find me:D

Selasa, 01 Mei 2012

rekaman part 2 a

ini pas aku rekaman kemarin heheh
ganteng kan aku nya? :p
yuhhhhuuuuuuuu, semoga aja kaset-kaset ku laku  (ɔ ˘⌣˘)˘⌣˘ c)

rekaman part 2

udah seminggu nih setelah rekaman ku keluar mihihi :D
gimana nih ceman-ceman udh ada yang beli album aku bewum?
kalo bewum ayooo di beli, ke buru ke abisan. aku lagi promo lho
beli satu gratis pisaaaang ƪ(˘⌣˘)┐ ƪ(˘⌣˘)ʃ ┌(˘⌣˘)ʃ

kalo bewum bewi rugi, hehe
ayo di bewi di bewi, gratis picaaaaang:*

makalah Psikologi Umum



Proses dan Faktor-Faktor Belajar











Dinda Dewi Lestari 12511150
Hilma Nursela Gantriani 13511388
Kerenhapukh 13511934
Mico Abraham 14511466
Panca Junior Maihami 15511488
Revi Ariesti 16511016



PSIKOLOGI UMUM




FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS GUNADARMA
2011
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PROSES BELAJAR DAN HASIL BELAJAR

A.     Faktor yang berpengaruh
Dalam proses belajar perlu kita mengenal input ( individu yang akan melakukan proses belajar ) dan factor-faktor yang berpengaruh dalam proses belajar agar tercapai hasil belajar (output ) seperti yang diharapkan. Jadi proses yang berpengaruh adalah :
1.    INTERNAL
Faktor yang berasal dari diri individu meliputi faktor:
Ø  Fisiologis  : Kondisi jasmani, fungsi alat indera, saraf sentral, dan  sebagainya.
Ø  Psikologis : Minat, motivasi, emosi, intelegensi, bakat, dan sebagainya.
2.    EKSTERNAL
Faktor diluar diri individu yang mempengaruhi proses belajar dan meliputi faktor:
Ø  Sosial/Lingkungan, meliputi pola asuh dalam keluarga, dukungan dari lingkungan di sekitar individu
Ø  Instrumental, meliputi alat perlengkapan belajar, ruang belajar, ventilasi. penerangan, cuaca, materi yang diberikan, dan peraturan yang mengikat.

B.      Proses – proses belajar
                        Faktor-faktor yang positif akan mendukung output proses belajar (hasil belajar atau prestasi ) yang positif. Sebaliknya factor yang negative akan menyebabkan output hasil belajar yang negative. Ada tiga pokok pandangan mengenai proses terjadinya belajar, yaitu :
1.    Trial and Error Learning, yaitu proses belajar yang terjadi melalui coba-coba (trial) dan kesalahan (error). Tokoh dari teori ini adalah Thorndike. Thorndike membuat 3 hukum primer dalam proses belajar “Trial and Error”, yaitu :
a.      The Law of Effect (Hukum Akibat)
b.      The Law of Exercise (Hukum Latihan)
c.       The Law of Readiness (Hukum Kesiapan)


Thorndike juga mengemukakan 5 hukum sekunder, yaitu :
1.        Law of Multiple Responese (Hukum Reaksi Ganda)
2.        Partial Activity
3.        Attitude
4.        Reaction by Analogy
5.        The Law of Associative Sheffting

2.      Insight Learning, yaitu proses belajar yang diawali dengan proses trial dan dan error, tetapi dari peristiwa tersebut akhirnya dicapai sutu pemahaman. Tokoh dari teori ini adalah Kohler dan Koffka.
3.         Conditioning Learning, yaitu proses belajar melalui pengkondisian yang menitik beratkan pada belajar asosiatif. Tokoh dari teori ini adalah Pavlov dan Skinner.

a.             Pengkondisian klasikal ( Classical Conditioning / Respondent Conditioning )
Pengkondisian klasik disebut respondent conditioning karena organism hanya semata-mata sebagai penerima proses pengkondisian, dengan kata lain yang mengontrol pengkondisian adalah eksperimenter. 
·           Dasar-dasar pengkondisian klasik
ü   Inti dari pengkondisian klasikal memasangkan 2 stimilus
ü   Stimulus yang pertama disebut unconditioned stimulus (US) atau stimulus tak bersyarat yaitu stimulus yang menimbulkan respon yang sifatnya alami.

·           Teori pengkondisian klasik
Teori pengkondisian klasik menjelaskan dan memberikan suatu aturan tertentu dalam pengkondisian klasik, serta menjelaskan proses yang terjadi.


·           Contiguity / interfal pemasangan
Interfal pemasangan juga berpengaruh dalam kecepatan proses belajar asosiasi. Ada lima metode dalam memasangkan CS dan US, yaitu :
ü   Simultaneous Conditioning, CS dan US diberikan serentak pada saat yang sama.
ü   Delayed Conditioning, CS dahulu diberikan baru kemudian US dan berakhir bersama-sama
ü   Trace conditioning, CS diberikan lebih dahulu, diberi tenggang waktu, baru kemudian US di berikan.
ü   Backward Conditioning, US diberikan lebih dahulu baru kemudian diikuti CS.
ü   Temporal Conditioning, penyajian CS dan US tidak tentu / bervariasi, kadang-kadang US dahulu, kadang-kadang CS dahulu.

·           Pemadaman ( extinction ) dan pemulihan spontan ( spontaneous recovery )
Para ahli tidak hanya berhenti pada masalah pemadaman ini karena pemadaman hanya suatu proses belajar yang baru . Hal tersebut dapat dibuktikan melalui dua cara, yaitu :
ü  Spontaneous recovery
ü  Proses Reconditioning ( pengkondisian kembali )

·           Generalisasi Stimulus dan Diskriminasi
     Pavlov mengemukakan bahwa anjing yang berliur saat di bunyikan bel, juga akan mengeluarkan air liur ( meskipun tidak terlalu banyak ) saat anjing itu mendengar bunyi bel. Hal tersebut menunjukkan bahwa anjing telah melakukan generalisasi bunyi bel dengan bunyi -bunyian lain meskipun dapat munculnya respon bersyarat.


·                     Aplikasi pengkondisian klasikal
          Proses belajar dengan pengkondisian klasik seperti pada percobaan Pavlov sulit diterapkan pada kehidupan manusia. Tetapi proses pengkondisian klasik pada manusia dapat kita tinjau melalui respon emosional yang terkondisi terhadap stimulus tertentu.

b.             Operan atau Pengkondisian Instrumental (Operan Conditioning / instrumental conditioning )
Pengkondisian operan disebut juga dengan pengkondisian instrumental karena inti dari proses belajar pengkondisian instrumental terletak pada penggunaan prilaku organisme sebagai alat atau instrument untuk mengubah lingkungan sehingga menghambat perilaku yang diinginkan dan memperlancar perilaku yang tidak diinginkan. Untuk memahami pengkondisian operan kita perlu membedakan apa itu “Prilaku Respon dan Operan”.
ü  Perilaku Respon, respon langsung pada stimulus. Seperti akomodasi bola mata sebagai respon pada kilatan cahaya atau hentakkan kaki sebagai respon pada pukulan di tempurung lutut.

ü  Perilaku Operan, dikendalikan oleh akibat dari perilaku respon. Bila akibat dari perilaku respon itu positif, maka kita akan cenderung mengulanginnya. Sebaliknya bila akibat dari perilaku respon itu negative, maka kita cenderung tidak mengulanginya.

Kekuatan operan (akibat adanya reinforcement) dapat diukur melalui:
1.    Laju respon (rate of respon), artinya makin sering respon terjadi    selama interval waktu  tertentu, makin besar kekuatan operannya.


2.    Jumlah total repon selama pemadaman  (total number of res-ponses during extinction), artinya penguatan tunggal dapat menghasilkan kekuatan operan yang cukup besar apabila selama pemadaman respon tetap berlangsung.


C.      Teori Dalam Belajar yang Berorientasi Behaviorisme

1.      Teori asosiasi

Penelitian Thorndike terhadap tingkah laku biantang mencerminkan prinsip dasar proses belajar yang dianut oleh Thorndike, yaitu bahwa dasar dari belajar adalah asosiasi. Menurutnya, dari berbagai situasi yang diberikan seekor hewan akan memberikan sejumlah respon, dan tindakan yang dapat terbentuk bergantung pada kekuatan keneksi atau ikatan-ikatan antara situasi dan respon tertentu.
Dari eksperimen yang dilakukan Thorndike terhadap kucing menghasilkan hukum-hukum belajar, diantaranya :
·           Law of Effect; artinya bahwa jika sebuah respons menghasilkan efek yang memuaskan, maka hubungan Stimulus – Respons akan semakin kuat. Sebaliknya, semakin tidak memuaskan efek yang dicapai respons, maka semakin lemah pula hubungan yang terjadi antara Stimulus- Respons.

·           Law of Readiness; artinya bahwa kesiapan mengacu pada asumsi bahwa kepuasan organisme itu berasal dari pemdayagunaan satuan pengantar (conduction unit), dimana unit-unit ini menimbulkan kecenderungan yang mendorong organisme untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu.

·           Law of Exercise; artinya bahwa hubungan antara Stimulus dengan Respons akan semakin bertambah erat, jika sering dilatih dan akan semakin berkurang apabila jarang atau tidak dilatih.


2.        Teori fungsionalisme
Mempelajari psikis tidak bertitik tolak pada komposisis atau struktur mental yang tediri dari elemen-elemen, tetapi dari proses mental yang mengarah pada akibat-akibat yang praktis. Salah satu teori Fungsionalisme yang terkenal adalah teori mengenai emosi. Psikologi mengenai emosi pertama yang mengasumsikan keberadaan emosi diskrit yang memiliki naluriah dasar dan dipisahkan dari perasaan tertentu. 
Ø Teori-Teori Emosi
Walgito, 1997 (dalam DR. Nyayu Khodijah), mengemukakan tiga teori emosi,  yaitu:
ü   Teori  Sentral
Menurut teori ini, gejala kejasmanian merupakan akibat dari emosi yang dialami oleh individu; jadi individu mengalami emosi terlebih dahulu baru kemudian mengalami perubahan-perubahan dalam kejasmaniannya.

ü   Teori Periferal
Teori ini dikemukakan oleh seorang ahli berasal dari Amerika Serikat bernama William James (1842-1910). Menurut teori ini justru sebaliknya, gejala-gejala kejasmanian bukanlah merupakan akibat dari emosi yang dialami oleh individu, tetapi malahan emosi yang dialami oleh individu merupakan akibat dari gejala-gejala kejasmanian.

ü   Teori Kepribadian
Menurut teori ini,  emosi   ini merupakan suatu  aktifitas  pribadi,  dimana pribadi  ini tidak dapat dipisah-pisahkan dalam jasmani dan psikis sebagai dua substansi yang terpisah. Karena itu, maka emosi meliputi pula perubahan-perubahan  kejasmanian.