find me:D

Jumat, 08 Juni 2012

Psikologi Umum 2 - Faktor belajar


PROSES DAN FAKTOR
BELAJAR

Tugas Psikologi Umum 2
Fakultas Psikologi
Universitas Gunadarma

Dosen : Henny Regina Salve


Disusun Oleh :

Dinda Dewi L                               12511150
Hilma Nursela Gantriani           13511388
Kerenhapukh                               13511934
Mico Abraham                             14511466
Panca Junior Maihami                15511488
Revi Ariesti                                    16511016









1PA06

Jurusan Psikologi
Fakultas Psikologi
Universitas Gunadarma
Jakarta
2012


KATA PENGANTAR


Puji syukur kami panjatkan kehadirat ALLAH SWT karena berkat rahmat dan hidayah-Nya penyusunan dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu dan lancar dengan judul ‘PROSES DAN FAKTOR BELAJAR´. 
Dengan tekad yang kuat dan rasa tanggung jawab, akhirnya makalah ini dapat disusun guna melengkapi tugas Psikologi Umum. Dengan kerja keras dan dukungan dari berbagai pihak, penyusun berusaha untuk dapat mencapai hasil yang sebaik mungkin meski dalam penyusunan makalah ini menghadapi berbagai kesulitan karena keterbatasan ilmu pengetahuan dan terbatasnya waktu.
Terima kasih yang sebesar-besarnya kami sampaikan kepada Ibu Henny Refina Salve selaku dosen mata kuliah Psikologi Umum, atas kesempatan dan bimbingan yang diberikan dalam penyusunan makalah ini.
Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan baik dari segi tulisan ataupun materi, karenanya kritik dan saran sangat diharapkan untuk kesempurnaan dimasa yang akan datang.
Semoga apa yang disajikan dalam makalah ini dapat bermanfaat bagi penyusun dan pembaca, terima kasih.





                                                                                                     Jakarta,      April 2012



                                                                                                               Penyusun

                                                                                              Penulis






DAFTAR ISI



Kata Pengantar.................................................................................   i
Daftar Isi...........................................................................................  ii
BAB I     PENDAHULUAN...................................................................  1
1.1      Latar Belakang.................................................... 1
1.2      Tujuan................................................................ 1
BAB II    PERMASALAHAN................................................................   2
1.3        Faktor-faktor yang mempengaruhi proses
               Belajar dan hasil belajar………............................................  2
1.4         Faktor yang berpengaruh..................................................... 2
1.5         Proses belajar……………......................................................... 2
1.6         Trial and Error Learning………………………………………………….... 2
1.6           Insight Learning…………………………………………….. 3
1.6         Conditioning Learning………………………………………………………  4
1.7        Teori Dalam Belajar yang Berorientasi Behaviorisme……….. 4
1.8        Teori  Asosiasi………………………………………………………………….. 4
1.9       Teori fungsionalisme………………………………………………………… 5

BAB III   PENUTUP…………………………………………………………………………. 6
1.8         Kesimpulan..........................................................................  6
1.9      Daftar Pustaka...................................................  7







BAB I
PENDAHULUAN


Latar Belakang
1.1      Belajar
Pendapat beberapa ahli mengenai belajar :
1.      Cronbach, Lindgren, Crow and Crow
Belajar adalah “perubahan tingkah laku yang terjadi karena pengalaman”. Kelemahan dari pendapat ini adalah karena tidak semua pengalaman yang merubah tingkah laku adalah hasil belajar.
2.      Masrun, Sri Mulyani
Belajar adalah “proses perubahan lahir dan batin dimana perubahan yang terjadi bersifat positif dan relatif permanen”. Kelamahan pendapat ini adalah karena bagaimana proses tersebut berlangsung tidaklah jelas.
3.      Morgan
Belajar adalah “segala perubahan perilaku yang relatif permanen yang muncul sebagai akibat dari latihan dan pengalaman”.

Dari pendapat beberapa ahli dapat disimpulkan bahwa definisi dari belajar adalah usaha yang dilakukan dengan sengaja yang dapat menimbulkan tingkah laku ( baik actual / nyata maupun potensiil / tidak tampak ) dimana perubahan yang dihasilkan tersebut bersifat positif dan berlaku dalam waktu yang relatif lama.

1.2      Tujuan Penulisan
·   Sebagai syarat untuk menyelesaikan tugas mata kuliah Psikologi Umum.
·   Untuk mengembangkan dan meningkatkan kemampuan kita dalam membuat makalah.
·      Sebagai sarana untuk menyalurkan pengetahuan yang telah di peroleh selama  pembelajaran Psikologi Umum.
·   Untuk menambah pengetahuan tentang proses belajar yang baik.
·   Menambah wawasan tentang teori pembelajaran.
BAB II
PERMASALAHAN



v  FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PROSES BELAJAR DAN HASIL BELAJAR
A.     Faktor yang berpengaruh
Dalam proses belajar perlu kita mengenal input ( individu yang akan melakukan proses belajar ) dan factor-faktor yang berpengaruh dalam proses belajar agar tercapai hasil belajar (output ) seperti yang diharapkan. Jadi proses yang berpengaruh adalah :
1.      INTERNAL
Faktor yang berasal dari diri individu meliputi faktor :
Ø  Fisiologis  : Kondisi jasmani, fungsi alat indera, saraf sentral, dan sebagainya.
Ø  Psikologis : Minat, motivasi, emosi, intelegensi, bakat, dan sebagainya.
2.      EKSTERNAL
Faktor diluar diri individu yang mempengaruhi proses belajar dan meliputi faktor :
Ø  Sosial/Lingkungan, meliputi pola asuh dalam keluarga, dukungan dari lingkungan di sekitar individu
Ø  Instrumental, meliputi alat perlengkapan belajar, ruang belajar, ventilasi. penerangan, cuaca, materi yang diberikan, dan peraturan yang mengikat.

B.      Proses – proses belajar
                        Faktor-faktor yang positif akan mendukung output proses belajar (hasil belajar atau prestasi ) yang positif. Sebaliknya factor yang negative akan menyebabkan output hasil belajar yang negative. Untuk dapat mengetahui apakah output sudah sesuai yang diinginkan, maka diperlukan evaluasi dengan memberikan feedback ( umpan balik ). Ada tiga pokok pandangan mengenai proses terjadinya belajar, yaitu :
1.    Trial and Error Learning, yaitu proses belajar yang terjadi melalui coba-coba (trial) dan kesalahan (error). Tokoh dari teori ini adalah Thorndike. Thorndike membuat 3 hukum primer dalam proses belajar “Trial and Error”, yaitu :

a.    The Law of Effect (Hukum Akibat)
Suatu perbuatan yang menghasilkan kepuasan akan cenderung di ulang kembali dan sebaliknya.
b.    The Law of Exercise (Hukum Latihan)
                   Terdiri dari dua hukum utama, yaitu used (suatu latihan yang memperkuat stimulus dan respon) dan disused (hubungan stimulus dan respon akan melemah jika jarang di ulang.
c.    The Law of Readiness (Hukum Kesiapan)
                   Terdiri dari 3 hukum utama, yaitu:
1.        Jika individu sudah siap untuk melakukan sesuatu dan di beri kesempatan untuk melakukannya, maka akan timbul kepuasan.
2.         Jika individu sudah siap untuk melakukan sesuatu dan tidak diberikan      kesempatan, maka akan timbul kekecewaan dan mendorong individu melakukan aktifitas tertentu sebagai pelampiasan.
3.       Jika individu belum siap untuk melakukannya tetapi di paksa maka akan timbul perasaan tidak puas dan mendorong individu untuk melakukan tindakan tertentu sebagai pelampiasan rasa ketidakpuasannya tersebut.
Thorndike juga mengemukakan 5 hukum sekunder, yaitu :
1.        Law of Multiple Responese (Hukum Reaksi Ganda,) dalam menghadapi stimulus baru, akan di pakai berbagai macam respon.
2.        Partial Activity, kemampuan mengadakan reaksi secara selektif.
3.         Attitude, arah dan bentuk belajar yg kita lakukan di pengaruhi oleh sikap kita.
4.        Reaction by Analogy, untuk menghadapi situasi baru, individu cenderung melakukan reaksi yang pernah dilakukannya terhadap situasi yang sama atau mirip dengan situasi yang baru tersebut.
5.        The Law of Associative Sheffting,  belajar berdasarkan asosiatif.


2.    Insight Learning, yaitu proses belajar yang diawali dengan proses trial dan dan error, tetapi dari peristiwa tersebut akhirnya dicapai sutu pemahaman. Tokoh dari teori ini adalah Kohler dan Koffka. Contoh dari insight learning adalah ketika seekor simpanse yang naik ke atas kotak untuk mengambil sebuah makanan dengan  melalui proses trial dan error akhirnya dia bisa mendapatkan makanan.

3.    Conditioning Learning, yaitu proses belajar melalui pengkondisian yang menitik beratkan pada belajar asosiatif. Membuat suatu hubungan baru dari dua peristiwa. Ahli psikologi membedakan pelajaran asosiatif dalam bentuk pengkondisian klasikal dan pengkondisian operan. Tokoh dari teori ini adalah Pavlov dan Skinner.

a.      Pengkondisian klasikal ( Classical Conditioning / Respondent Conditioning )
     Istilah “classical” berasal dari eksperimen “klasik” yang dilakukan oleh Ivan Pavlov (1849-1936). Pavlov seorang psikolog Rusia yang memperkenalkan konsep dasar pengkondisian klasik. Pengkondisian klasik disebut respondent conditioning karena organism hanya semata-mata sebagai penerima proses pengkondisian, dengan kata lain yang mengontrol pengkondisian adalah eksperimenter. 
·        Dasar-dasar pengkondisian klasik
ü    Inti dari pengkondisian klasikal memasangkan 2 stimilus
ü Stimulus yang pertama disebut unconditioned stimulus (US) atau stimulus tak bersyarat yaitu stimulus yang menimbulkan respon yang sifatnya alami. Unconditioned respone (UR) / respon tak bersyarat. Misalnya, anjing melihat makanan akan melakukan respon dengan mengeluarkan air liur.




·        Teori pengkondisian klasik
Teori pengkondisian klasik menjelaskan dan memberikan suatu aturan tertentu dalam pengkondisian klasik, serta menjelaskan proses yang terjadi. Teori pertama yang muncul dari pengkondisian klasik ini adalah substitusi stimulus dan teori yang terbaru adalah tentang informasi dan pengharapan ( ekspektasi ).

·        Contiguity / interfal pemasangan
Interfal pemasangan juga berpengaruh dalam kecepatan proses belajar asosiasi. Ada lima metode dalam memasangkan CS dan US, yaitu :
ü Simultaneous Conditioning, CS dan US diberikan serentak pada saat yang sama.
ü Delayed Conditioning, CS dahulu diberikan baru kemudian US dan berakhir bersama-sama
ü Trace conditioning, CS diberikan lebih dahulu, diberi tenggang waktu, baru kemudian US di berikan.
ü Backward Conditioning, US diberikan lebih dahulu baru kemudian diikuti CS.
ü Temporal Conditioning, penyajian CS dan US tidak tentu / bervariasi, kadang-kadang US dahulu, kadang-kadang CS dahulu.

·        Pemadaman ( extinction ) dan pemulihan spontan ( spontaneous recovery )
Para ahli tidak hanya berhenti pada masalah pemadaman ini karena pemadaman hanya suatu proses belajar yang baru . Hal tersebut dapat dibuktikan melalui dua cara, yaitu :
ü Spontaneous recovery, suatu condisi dimana CR yang telah hilang pada proses extinction dapat pulih kembali setelah interval waktu istirahat tertentu.
ü Proses Reconditioning ( pengkondisian kembali ), lebih cepat terjadi daripada proses pengkondisian biasa.

·        Generalisasi Stimulus dan Diskriminasi
      Pavlov mengemukakan bahwa anjing yang berliur saat di bunyikan bel, juga akan mengeluarkan air liur ( meskipun tidak terlalu banyak ) saat anjing itu mendengar bunyi bel. Hal tersebut menunjukkan bahwa anjing telah melakukan generalisasi bunyi bel dengan bunyi -bunyian lain meskipun dapat munculnya respon bersyarat.

·        Aplikasi pengkondisian klasikal
      Proses belajar dengan pengkondisian klasik seperti pada percobaan Pavlov sulit diterapkan pada kehidupan manusia. Tetapi proses pengkondisian klasik pada manusia dapat kita tinjau melalui respon emosional yang terkondisi terhadap stimulus tertentu.


b.      Operan atau Pengkondisian Instrumental (Operan Conditioning / instrumental conditioning )
Pengkondisian operan disebut juga dengan pengkondisian instrumental karena inti dari proses belajar pengkondisian instrumental terletak pada penggunaan prilaku organisme sebagai alat atau instrument untuk mengubah lingkungan sehingga menghambat perilaku yang diinginkan dan memperlancar perilaku yang tidak diinginkan. Pengkondisian operan diteliti oleh B.F Skinner, untuk memahami pengkondisian operan kita perlu membedakan apa itu “Prilaku Respon dan Operan”.
ü Perilaku Respon, respon langsung pada stimulus. Seperti akomodasi bola mata sebagai respon pada kilatan cahaya atau hentakkan kaki sebagai respon pada pukulan di tempurung lutut.

ü Perilaku Operan, dikendalikan oleh akibat dari perilaku respon. Bila akibat dari perilaku respon itu positif, maka kita akan cenderung mengulanginnya. Sebaliknya bila akibat dari perilaku respon itu negative, maka kita cenderung tidak mengulanginya.

Kekuatan operan (akibat adanya reinforcement) dapat diukur melalui:
1.    Laju respon (rate of respon), artinya makin sering respon terjadi    selama interval waktu  tertentu, makin besar kekuatan operannya.

2.    Jumlah total repon selama pemadaman  (total number of res-ponses during extinction), artinya penguatan tunggal dapat menghasilkan kekuatan operan yang cukup besar apabila selama pemadaman respon tetap berlangsung.
C.      Teori Dalam Belajar yang Berorientasi Behaviorisme

1.      Teori asosiasi

Penelitian Thorndike terhadap tingkah laku biantang mencerminkan prinsip dasar proses belajar yang dianut oleh Thorndike, yaitu bahwa dasar dari belajar adalah asosiasi. Menurutnya, dari berbagai situasi yang diberikan seekor hewan akan memberikan sejumlah respon, dan tindakan yang dapat terbentuk bergantung pada kekuatan keneksi atau ikatan-ikatan antara situasi dan respon tertentu. Kemudian ia menyimpulkan bahwa semua tingkah laku manusia baik pikiran maupun tindakan dapat dianalisis dalam bagian-bagian dari dua struktur yang sederhana, yaitu stimulus dan respon. Dengan demikian, menurut pandangan ini dasar terjadinya belajar adalah pembentukan asosiasi antara stimulus dan respon. Oleh karena itu, menurut Hudojo (dalam Asnaldi, 2008) teori Thondike ini disebut teori asosiasi.




Dari eksperimen yang dilakukan Thorndike terhadap kucing menghasilkan hukum-hukum belajar, diantaranya :
·                                                              Law of Effect; artinya bahwa jika sebuah respons menghasilkan efek yang memuaskan, maka hubungan Stimulus – Respons akan semakin kuat. Sebaliknya, semakin tidak memuaskan efek yang dicapai respons, maka semakin lemah pula hubungan yang terjadi antara Stimulus- Respons.

·                                                              Law of Readiness; artinya bahwa kesiapan mengacu pada asumsi bahwa kepuasan organisme itu berasal dari pemdayagunaan satuan pengantar (conduction unit), dimana unit-unit ini menimbulkan kecenderungan yang mendorong organisme untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu.

·                                                              Law of Exercise; artinya bahwa hubungan antara Stimulus dengan Respons akan semakin bertambah erat, jika sering dilatih dan akan semakin berkurang apabila jarang atau tidak dilatih.


2.        Teori fungsionalisme
Mempelajari psikis tidak bertitik tolak pada komposisis atau struktur mental yang tediri dari elemen-elemen, tetapi dari proses mental yang mengarah pada akibat-akibat yang praktis. Salah satu teori Fungsionalisme yang terkenal adalah teori mengenai emosi. Psikologi mengenai emosi pertama yang mengasumsikan keberadaan emosi diskrit yang memiliki naluriah dasar dan dipisahkan dari perasaan tertentu. 
Ø    Teori-Teori Emosi
Walgito, 1997 (dalam DR. Nyayu Khodijah), mengemukakan tiga teori emosi,  yaitu:
ü  Teori    Sentral
Menurut teori ini, gejala kejasmanian merupakan akibat dari emosi yang dialami oleh individu; jadi individu mengalami emosi terlebih dahulu baru kemudian mengalami perubahan-perubahan dalam kejasmaniannya. Contohnya : orang menangis karena merasa sedih.

ü  Teori    Periferal
Teori ini dikemukakan oleh seorang ahli berasal dari Amerika Serikat bernama William James (1842-1910). Menur
ut teori ini justru sebaliknya, gejala-gejala kejasmanian bukanlah merupakan akibat dari emosi yang dialami oleh individu, tetapi malahan emosi yang dialami oleh individu merupakan akibat dari gejala-gejala kejasmanian. Menurut teori ini, orang tidak menangis karena susah, tetapi sebaliknya ia susah karena menangis.

ü  Teori    Kepribadian
Menurut teori ini,  emosi   ini merupakan suatu  aktifitas  pribadi,  dimana pribadi  ini tidak dapat dipisah-pisahkan dalam jasmani dan psikis sebagai dua substansi yang terpisah.
Karena itu, maka emosi meliputi pula perubahan-perubahan  kejasmanian.  Misalnya apa yang  dikemukakan oleh J. Linchoten.














BABIII
KESIMPULAN

            Manusia dalam proses belajar mempunyai faktor-faktor pendorong yang dapat mempengaruhi manusia itu sendiri, faktor-faktor itu dapat bersifat positif maupun negatif dan faktor itu bisa datang dari internal maupun eksternal. Semua itu tergantung dari manusia itu sendiri yang menganggap faktor-faktro tersebut menjadi negatif atau positif dalam melakukan proses belajar. Dan teori proses belajar lah yang akan membantu manusia untuk melakukan proses belajar agar dapat melakukan proses belajar dengan baik. Teori yang mempengaruhi: Trial and Error , Insoght , Conditioning. Proses belajar yang dapat dilakukan manusia di pengaruhi oleh faktor-faktor dan teori-teori yang melengkapinya tapi tetap yang menentukan nya adalah manusia itu sendiri dalam melakukan proses belajar dengan baik atau kurang baik.

















Daftar Pustaka

A.G, Davis. 1983. Educational Psychology: Theory and Practice. Addison-Wesley Publishing Company, Inc.
Azwar, S. 1999. Pengantar Psikologi Intelegensi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset.
Esti, Sri. 2002. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Grasindo.
RIMM, Sylvia. 2003. Mendidik & Menerapkan Disiplin pada Anak Prasekolah. Jakarta: Gramedia.
Riyanti, D.B.P., S H. Prabowo. 1998. Psikologi Umum 1. Jakarta: Penerbit Gunadarma.
Riyanti, D.B.P., S H. Prabowo. 1998. Psikologi Umum 2. Jakarta: Penerbit Gunadarma.
W.S, Winkel. 1987. Psikologi pengajaran. Jakarta: Media Abadi.