Teori
Kepribadian Sehat
Kepribadian seseorang
merupakan hasil dari proses sosial di dalam masyarakat. Masyarakat yang
menjadikan seseorang berkepribadian sehat adalah masyarakat yang hubungan
sosialnya sangat manusiawi.
Menurut Fromm, ada lima watak sosial di dalam
masyarakat:
1) Penerimaan (receptive)
2) Penimbunan (hoarding)
3) Penjualan/pemasaran (marketing)
4) Penghisapan/pemerasan (exploitative)
5) Produktif (productive)
Dari kelima watak
sosial ini yang benar-benar tepat dan sehat hanyalah watak produktif karena
watak produktif didorong oleh cinta dan akal budi dan dapat membantu
perkembangan dan pertumbuhan pribadi dan masyarakat.
Masyarakat yang baik itu perlu ditopang dengan
cinta. Oleh karena itu, Fromm menyebutkan 5 tipe yang berbeda tentang cinta,
yaitu:
1) Cinta persaudaraan
2) Cinta keibuan
3) Cinta erotik
4) Cinta diri
5) Cinta ilahi
Dengan demikian, menurut Fromm, orang yang
berkepribadian sehat memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
- mampu mengembangkan hidupnya sebagai makhluk sosial
di dalam masyarakat,
- mampu mencintai dan dicintai,
- mampu mempercayai dan dipercayai tanpa memanipulasi
kepercayaan itu,
- mampu hidup bersolidaritas dengan orang lain tanpa
syarat,
- mampu menjaga jarak antar dirinya dengan masyarakat tanpa
merusaknya
1. PSIKOANALISA
Aliran psikoanalisa
melihat manusia dari sisi negatif, alam bawah sadar (id, ego, super ego), mimpi
dan masa lalu. Aliran ini mengabaikan Potensi yang dimiliki oleh manusia.
Pandangan kaum
psikoanalisa, hanya memberi kepada kita sisi yang sakit atau kurang, ‘sisi yang
pincang’ dari kodrat manusia, karna hanya berpusat pada tingkah laku yang
neuritis dan psikotis.
Sigmund freud dan
orang-orang yang mengikuti ajarannya mempelajari kepribadian yang terganggu
secara emosional, bukan kebribadian yang sehat; atau kebribadian yang paling
buruk dari kodrat manusia, bukan yang paling baik.
Jadi, aliran ini
memberi gambaran pesimis tentang kodrat manusia, dan manusia dianggap sebagai
korban dari tekanan-tekanan biologis dan
konflik masa kanak-kanak.
2. BEHAVIORISME
Aliran behaviorisme
memperlakukan manusia sebagai mesin, yaitu di dalam suatu system kompleks yang
bertigkah laku menurut cara-cara yang sesuai dengan hukum. Dalam pandangan kaum
behavioris, individu digambarkan sebagai suatu organisme yang bersifat baik,
teratur, dan ditentukan sebelumnya, dengan banyak spontanitas, kegembiraan
hidup, berkreativitas, seperti alat pengatur panas.
Jadi, manusia dilihat
oleh para behavioris sebagai orang-orang yang memberikan respons secara pasif
terhadap stimulus-stimulus dari luar dan manusia di anggap tidak memiliki diri
sendiri.
3. HUMANISTIK
Para ahli psikologi
humanistik, telah memiliki sudut pandang yang segar terhadap kodrat manusia.
Apa yang mereka lihat adalah suatu tipe individu yang berbeda dari apa yang
digambarkan oleh behaviorisme dan psikoanalisa, yaitu bentuk-bentuk psikologi
tradisional. Aliran ini menganggap setiap orang memiliki kemampuan untuk lebih
baik.
Bagi ahli-ahli
psikologi humanistik, manusia jauh lebih banyak memiliki potensi. Meskipun
kebanyakan ahli psikologi humanistik tidak menyangkal bahwa stimulus-stimulus
dari luar, instink-instink, dan konflik-konflik masa kanak-kanak mempengaruhi
kebribadian, namun mereka tidak percaya bahwa manusia merupakan korban yang
tidak dapat berubah dari
kekuatan-kekuatan negatif. .
Manusia harus dapat
mengatasi masa lampau, kodrat biologis, dan ciri-ciri lingkungan. Manusia juga
harus berkembang dan tumbuh melampaui kekuatan-kekuatan negatif yang secara
potensial menghambat.
Gambaran ahli psikologi
humanistik tentang kodrat manusia adalah optimis dan penuh harapan. Mereka
percaya terhadap kapasitas manusia untuk memperluas, memperkaya, mengembangkan,
dan memenuhi dirinya, untuk menjadi semuanya menurut kemampuan yang ada.
Para pendukung gerakan
potensi manusia mengemukakan bahwa ada suatu tingkat pertumbuhan dan
perkembangan yang sangat diperlukan, yang melampaui’normalitas’. Mereka
berpendapat bahwa manusia perlu memperjuangkan tingkat pertumbuhan yang lebih
maju supaya merealisasikan atau mengaktualisasikan semua potensinya, dan tidak
cukup hanya seseorang bebas dari sakit emosional. Dengan kata lain, tidak
adanya tingkah laku neurotis atau psikotis, tidak cukup untuk menilai seseorang
sebagai pribadi yang sehat. Tidak adanya sakit emosional hanya merupakan suatu
langkah pertama yang diperlukan untuk pertumbuhan dan pemenuhan, karna seorang
individu harus mencapai sesuatu yang lebih jauh lagi.
SUMBER:
Sobur Alex, M. Si. Drs. Psikologi Umum. Bandung : Pustaka Setia, 2003
http://rumahbelajarpsikologi.com/index.php/psikoanalisis-mainmenu-57
Tidak ada komentar:
Posting Komentar