Tulisan 1
Konsep Sehat
Sehat sendiri merupakan kondisi dimana fisik
(jasmani), mental (rohani) baik itu pikiran, emosi, dll, dan sosial dalam
kondisi yang normal (seperti orang pada umumnya), stabil, serta dapat mengikuti
kebiasaan-kebiasaan dan norma-norma yang ada di masyarakat.
Sehat merupakan sebuah keadaan
yang tidak hanya terbebas dari penyakit akan tetapi jugameliputi seluruh aspek kehidupan
manusia yang meliputi aspek fisik, emosi, sosial dan spiritual.Menurut WHO
(1947) Sehat itu sendiri dapat diartikan bahwa suatu keadaan yang sempurna baik secara fisik, mental
dan sosial serta tidak hanya bebas dari penyakit
atau kelemahan
Sejarah Perkembangan
Kesehatan Mental
Perkembangan
kesehatan mental dipengaruhi oleh dua tokoh, yaitu Dorothea Lynde Dix dan
Clifford Whittingham Beers. Kedua tokoh ini banyak mendedikasikan hidupnya
dalam bidang pencegahan gangguan mental dan pertolongan bagi orang-orang miskin
dan lemah. Dorthea Lynde Dix lahir pada tahun 1802 dan meninggal dunia pada
tanggal 17 Juli 1887. Ia adalah seorang guru di Massachussets, yang menaruh
perhatian terhadap orang-orang yang mengalami gangguan mental. Sebagian
perintis (pioneer), selama 40 tahun Ia berjuang untuk memberikan pertolongan
terhadap orang-orang yang mengalami gangguan mental agar dapat diperlakukan
secara lebih manusiawi.
Pendekatan Kesehatan Mental
Ada 3 pendekatan dalam kesehatan mental, yaitu:
Orientasi Klasik
Orientasi
klasik yang umumnya digunakan dalam kedokteran termasuk psikiatri mengartikan
sehat sebagai kondisi tanpa keluhan, baik fisik maupun mental. Pengertian sehat
mental dari orientasi klasik kurang memadai untuk digunakan dalam konteks
psikologi. Mengatasi kekurangan itu dikembangkan pengertian baru dari kata
‘sehat’.
Orientasi Penyesuaian Diri
Dengan
menggunakan orientasi penyesuaian diri, pengertian sehat mental tidak dapat
dilepaskan dari konteks lingkungan tempat individu hidup. Oleh karena kaitannya
dengan standar norma lingkungan terutama norma sosial dan budaya, kita tidak
dapat menentukan sehat atau tidaknya mental seseorang dari kondisi kejiwaannya
semata
Berdasarkan
orientasi penyesuaian diri, kesehatan mental perlu dipahami sebagai kondisi
kepribadian seseorang secara keseluruhan. Penentuan derajat kesehatan mental
seseorang bukan hanya berdasarkan jiwanya tetapi juga berkaitan dengan proses
pertumbuhan dan perkembangan seseorang dalam lingkungannya.
Orientasi Pengembangan Potensi
Seseorang
dikatakan mencapai taraf kesehatan jiwa, bila ia mendapat kesempatan
untuk mengembangkan potensialitasnya menuju kedewasaan, ia bisa dihargai oleh
orang lain dan dirinya sendiri. Dalam psiko-terapi (Perawatan Jiwa) ternyata
yang menjadi pengendali utama dalam setiap tindakan dan perbuatan seseorang
bukanlah akal pikiran semata-mata, akan tetapi yang lebih penting dan
kadang-kadang sangat menentukan adalah perasaan.
Sehingga
dapat dikatakan bahwa tujuan kesehatan mental adalah mencegah timbulnya
gangguan mental dan gangguan emosi, mengurangi atau menyembuhkan penyakit jiwa
serta memajukan jiwa. Menjaga hubungan sosial akan dapat mewujudkan tercapainya
tujuan masyarakat membawa kepada tercapainya tujuan-tujuan perseorangan
sekaligus.
Tulisan 2
Teori Kepribadian Sehat
Kepribadian seseorang merupakan hasil dari proses
sosial di dalam masyarakat. Masyarakat yang menjadikan seseorang berkepribadian
sehat adalah masyarakat yang hubungan sosialnya sangat manusiawi.
Menurut
Fromm, ada lima watak sosial di dalam masyarakat:
1)
Penerimaan (receptive)
2)
Penimbunan (hoarding)
3)
Penjualan/pemasaran (marketing)
4)
Penghisapan/pemerasan (exploitative)
5) Produktif
(productive)
Masyarakat
yang baik itu perlu ditopang dengan cinta. Oleh karena itu, Fromm menyebutkan 5
tipe yang berbeda tentang cinta, yaitu:
1) Cinta
persaudaraan
2) Cinta
keibuan
3) Cinta
erotik
4) Cinta
diri
5) Cinta
ilahi
Dengan
demikian, menurut Fromm, orang yang berkepribadian sehat memiliki ciri-ciri
sebagai berikut:
- mampu
mengembangkan hidupnya sebagai makhluk sosial di dalam masyarakat,
- mampu
mencintai dan dicintai,
- mampu
mempercayai dan dipercayai tanpa memanipulasi kepercayaan itu,
- mampu
hidup bersolidaritas dengan orang lain tanpa syarat,
- mampu
menjaga jarak antar dirinya dengan masyarakat tanpa merusaknya
1.
PSIKOANALISA
Aliran psikoanalisa melihat manusia dari sisi negatif,
alam bawah sadar (id, ego, super ego), mimpi dan masa lalu. Aliran ini
mengabaikan Potensi yang dimiliki oleh manusia.
Pandangan kaum psikoanalisa, hanya memberi kepada kita
sisi yang sakit atau kurang, ‘sisi yang pincang’ dari kodrat manusia, karna
hanya berpusat pada tingkah laku yang neuritis dan psikotis.
Jadi, aliran ini memberi gambaran pesimis tentang
kodrat manusia, dan manusia dianggap sebagai korban dari tekanan-tekanan
biologis dan konflik masa kanak-kanak.
2.
BEHAVIORISME
Aliran behaviorisme memperlakukan manusia sebagai
mesin, yaitu di dalam suatu system kompleks yang bertigkah laku menurut
cara-cara yang sesuai dengan hukum. Dalam pandangan kaum behavioris, individu
digambarkan sebagai suatu organisme yang bersifat baik, teratur, dan ditentukan
sebelumnya, dengan banyak spontanitas, kegembiraan hidup, berkreativitas,
seperti alat pengatur panas. Jadi, manusia dilihat oleh para behavioris sebagai
orang-orang yang memberikan respons secara pasif terhadap stimulus-stimulus dari
luar dan manusia di anggap tidak memiliki diri sendiri.
3.
HUMANISTIK
Para ahli psikologi humanistik, telah memiliki sudut
pandang yang segar terhadap kodrat manusia. Apa yang mereka lihat adalah suatu
tipe individu yang berbeda dari apa yang digambarkan oleh behaviorisme dan
psikoanalisa, yaitu bentuk-bentuk psikologi tradisional. Aliran ini menganggap
setiap orang memiliki kemampuan untuk lebih baik. Manusia harus dapat mengatasi masa lampau, kodrat
biologis, dan ciri-ciri lingkungan. Manusia juga harus berkembang dan tumbuh
melampaui kekuatan-kekuatan negatif yang secara potensial menghambat.
Tulisan 3
Penyesuaian Diri dan Pertumbuhan
Penyesuaian Diri
Pada mulanya Penyesuaian
diri diartikan sama dengan adaptasi, padahal adaptasi ini pada
umumnya lebih mengarah pada penyesuaian diri dalam arti fisik, fisiologis, atau
biologis. Penyesuaian diri dalam
bahasa aslinya dikenal dengan istilah adjustment atau personal adjustment.
Schneiders berpendapat bahwa penyesuaian diri dapat ditinjau dari tiga sudut
pandang, yaitu: penyesuaian diri sebagai adaptasi, penyesuaian diri
sebagai bentuk konformitas, dan penyesuaian diri sebagai usaha penguasaan.
Ada juga penyesuaian diri diartikan
sama dengan penyesuaian yang mencakup konformitas suatu norma. Pemaknaan
penyesuaian diri seperti ini pun terlalu banyak membawa akibat lain.
Pertumbuhan Personal
Setiap individu pasti akan mengalami
pembentukan karakter atau kepribadian. Hal tersebut membutuhkan proses yang
sangat panjang dan banyak faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan
kepribadiannya tersebut dan keluarga adalah faktor utama yang akan sangat
mempengaruhi pembentukan kepribadian.
Faktor – faktor yang mempengaruhi
perkembangan dan pertumbuhan individu:
Faktor genetik:
- Faktor keturunan
- Bersifat tetap atau tidak berubah sepanjang
kehidupan
- Menentukan beberapa karakteristik seperti
jenis kelamin, ras, rambut, warna mata, pertumbuhan fisik, sikap tubuh
dan beberapa keunikan psikologis seperti temperamen
Potensi genetik yang bermutu hendaknya dapat
berinteraksi dengan lingkungan secara positif sehingga diperoleh hasil akhir
yang optimal.
Faktor eksternal / lingkungan:
- Mempengaruhi individu setiap hari mulai konsepsi
sampai akhir hayatnya, dan sangat menentukan tercapai atau tidaknya potensi
bawaan.
- Faktor eksternal yang cukup baik akan memungkinkan
tercapainya potensi bawaan, sedangkan yang kurang baik akan menghambatnya
Tulisan 4
STRES
ØPengertian Stres
Stress adalah bentuk ketegangan dari
fisik, psikis, emosi maupun mental. Bentuk ketegangan ini mempengaruhi kinerja
keseharian seseorang. Bahkan stress dapat membuat produktivitas menurun, rasa
sakit dan gangguan-gangguan mental. Pada dasarnya, stress adalah sebuah bentuk
ketegangan, baik fisik maupun mental. Sumber stress disebut dengan stressor dan
ketegangan yang di akibatkan karena stress, disebut strain.
ØEfek
Stres
Berat badan
Kekebalan tubuh menurun
Nyeri bahu
Kembung
Nyeri kaki
Ø General Adaption Syndrom
Hans Selye membagi stress membagi stress dalam 3
tingkatan :
a. Eustress
adalah respon stress ringan yang menimbulkan rasa bahagia, senang, menantang,
dan menggairahkan. Dalam hal ini tekanan yang terjadi bersifat positif,
misalnya lulus dari ujian, atau kondisi menghadapi suatu perkawinan.
b. Distress
merupakan respon stress yang buruk dan menyakitkan sehingga tak mampu lagi
diatasi
c. Optimal
stress atau Neustress adalah stress yang berada antara eustress dan
distres,merupakan respon stress yang menekan namun masih seimbang untuk
menghadapi masalah dan memacu untuk lebih bergairah, berprestasi, meningkatkan
produktivitas kerja dan berani bersaing.
ØFaktor Individual dan Sosial
Situasi atau kondisi yang mempengaruhi kehidupan
secara individual seperti faktor ekonomi, keluarga dan kepribadian dari
karyawan itu sendiri. Menurut Sarafino (1994), faktor–faktor yang mempengaruhi
stres kerja adalah:
1. Tuntutan
kerja yang terlalu tinggi, seperti pekerjaan diluar kontrol pekerja yang harus
dilakukan secara berulang dan terus menerus, evaluasi lampiran kerja oleh
atasan.
2. Perubahan
tanggung jawab dalam kerja.
3. Pekerjaan
yang berkaitkan dengan tanggung jawab terhadap nyawa orang lain, seperti
pekerjaan tenaga medis dimana memiliki beban yang tinggi terhadap nyawa orang
lain sehingga menyebabkan kelelahan psikis dan akhirnya menimbulkan
stres.
4. Lingkungan
fisik pekerjaan yang tidak nyaman.
5. Hobi
interpersonal yang tidak baik dalam lingkungan kerja.
6. Promosi
jabatan yang tidak adekuat.
7. Kontol
yang padat terhadap pekerjaan.
Tipe Stres Psikologi
Quick dan Quick (1984) mengkategorikan jenis stres
menjadi dua, yaitu:
1. Eustress, yaitu hasil dari respon terhadap stres yang bersifat sehat, positif dan konstruktif (bersifat membangun). Hal tersebut termasuk kesejahteraan individu dan juga organisasi yang diasosiasikan dengan pertumbuhan, fleksibilitas, kemampuan adaptasi dan tingkat performa yang tinggi.
2. Distress, yaitu hasil dari respon terhadap stres yang bersifat tidak sehat, negatif, dan destruktif (bersifat merusak). Hal tersebut termasuk konsekuensi individu dan juga organisasi seperti penyakit kardiovaskular dan tingkat ketidakhadiran (absenteeism) yang tinggi, yang diasosiasikan dengan keadaan sakit, penurunan, dan kematian.
Frustasi
Frustasi adalah suatu harapan yang diinginkan dan kenyataan yang terjadi tidak
sesuai dengan yang diharapkan.Misalnya putus pacar, perceraian, masalah kantor,
masalah sekolah atau masalah yang tidak kunjung selesai. Frustasi inipun
terjadi juga bila tujuan yang dicapai mendapatkan rintangan.Frustasi memiliki
dua sisi.
1. Frustasi adalah
fakta tidak tercapainya harapan yang diinginkan.
2. Frustasi adalah
perasaan dan emosi yang menyertai fakta tersebut.
Fustasi timbul dikarenakan merasa gagal tidak dapat mencapai suatu yang
diinginkan. Setiap atlet menginginkan kepuasan yaitu itu menang; dan apabila
itu tidak terwujud, maka dapat menimbulkan frustasi.
Konflik
Secara sosiologis,
konflik diartikan sebagai suatu proses sosial antara dua orang atau lebih (bisa
juga kelompok) dimana salah satu pihak berusaha menyingkirkan pihak lain dengan
menghancurkannya atau membuatnya tidak berdaya.
Kecemasan
Kecemasan (Anxiety) adalah
salah satu gejala psikologis yang identik dengan perasaan negative. Beberapa
ahli psikologi menjelaskan pengertian kecemasan dalam berbagai makna. Menurut
Robert S. Weinberg dan Daniel Gold (2007: 78) mendefinisikan kecemasan adalah
sebuah perasaan negatif yang memiliki cirri gugup, rasa gelisah, ketakutan akan
sesuatu yang akan terjadi, dan yang terjadi pergerakan atau kegairahan dalam
tubuh. Kecemasan memiliki dua komponen yaitu terdiri dari kecemasan
kognitif (cognitive anxiety) yang ditandai dengan rasa gelisah dan
ketakutan akan sesuatu yang akan terjadi, sedangkan yang kedua adalah kecemasan
somatik (somatic anxiety) yang ditandai dengan ukuran keadaan fisik
seseorang.
Symptom Reducing Responses terhadap Stres
Mekanisme Pertahanan Diri ( defense mechanism ) yang
biasa digunakan individu untuk di jadikan strategi saat mengurangi stress:
·
Pengalihan
·
Sublimasi
·
Proyeksi
·
Pembentukan
Reaksi
·
Introyeksi
·
Regresi
·
represi
Koping yang digunakan individu secara sadar dan
terarah dalam mengatasi sakit atau stressor yang dihadapinya. Metode
koping bisa diperoleh dari proses belajar dan beberapa relaksasi. Jika individu
menggunaan strategi koping yang efektif dan cocok dengan stressor yang
dihadapinya, stressor tersebut tidak akan menimbulkan sakit
(disease), tetapi stressor tersebut akan menjadi suatu stimulan yang
memberikan wellness dan prestasi.
Strategi koping yang berhasil mengatasi stres harus
memiliki empat komponen pokok:
1. Peningkatan
kesadaran terhadap masalah: mengetahui dan memahami masalah serta teori yang
melatarbelakangi situasi yang tengah berlangsung.
2. Pengolahan
informasi: suatu pendekatan dengan cara mengalihkan persepsi sehingga ancaman
yang ada akan diredam. komponen ini meliputi pengumulan informasi dan
pengkajian sumber daya yang ada untuk memecahkan masalah.
3. Pengubahan
perilaku: suatu tindakan yang dipilih secara sadar dan bersifat positif, yang
dapat meringankan, meminimalkan, atau menghilangkan stressor.
4. Resolusi
damai: suatu perasaan bahwa situasi telah berhasil di atasi.
Pendekatan
problem solving terhadap stress
Kita mengatasi rasa stress dengan cara mencari stressor (penyebab stress) setelah tahu penyebabnya kita harus bisa memilih jalan keluar yang terbaik untuk masalah kita.
Kita mengatasi rasa stress dengan cara mencari stressor (penyebab stress) setelah tahu penyebabnya kita harus bisa memilih jalan keluar yang terbaik untuk masalah kita.
Tulisan 5
Hubungan Interpersonal
Hubungan interpersonal adalah
hubungan antara individu satu dengan individu lain yang melandasi komunikasi
interpersonal yang dilakukan. Hubungan interpersonal adalah dimana ketika
kita berkomunikasi, kita bukan sekedar menyampaikan isi pesan, tetapi juga
menentukan kadar hubungan interpersonalnya.
Manusia merupakan makhluk sosial,
karena itu kehidupan manusia selalu ditandai dengan pergaulan antar manusia.
Model-model Hubungan Interpersonal
Model-model Hubungan Interpersonal: (1) model
pertukaran sosial (social exchange model); (2) model peranan (role model); (3)
model permainan (the “games people play” model); dan (4) model interaksional
(interactional model)
1. Model
Pertukaran Sosial
Thibault dan Kelley, dua orang
pemuka uatama dari model ini, menyimpulkan model pertukaran sosial sebagai
berikut, “asumsim dasar yang mendasari seluruh analisis kami adalah bahwa
setiap individu secara sukarela memasuki dan tinggal dalam hubungan sosial
hanya selama hubungan tersebut cukup memuaskan ditinjau dari segi ganjaran dan
biaya.
2. Hubungan
Peran
Hubungan interpersonal berkembang
baik bila setiap individu bertindak sesuai dengan ekspedisi peranan dan
tuntutan peranan, memiliki keterampilan peranan, dan terhindari dari konflik
peranan dan kerancuan peranan. Ekspektasi peranan mengacu pada kewajiban,
tugas, dan hal yang berkaitan dengan posisi tertentu dalam kelompok.
Tulisan 6
Cinta dan Perkawinan
Cinta adalah
satu kata yang mengandung makna perasaan terhadap seseorang ataupun
benda. Cinta termasuk emosi yang positif, emosi kasih sayang. Cinta bisa berupa
empati, perhatian dan kasih sayang.
Perkawinan
adalah ikatan lahir batin seorang pria dan wanita sebagai suami istri dengan
tujuan membentuk sebuah keluarga. Duvall dan Miller (1986) mendefinisikan
perkawinan sebagai hubungan antara pria dan wanita yang diakui dalam masyarakat
yang melibatkan hubungan seksual, adanya penguasaan dan hak mengasuh anak, dan
saling mengetahui tugas masing-masing sebagai suami dan istri.
·
Memilih
Pasangan
Memilih pasangan
tidak segampang memilih makanan yang kita inginkan. Kalau kita memilih pasangan
yang dilihat hanya dari taampilan luar nya saja, belum tentu akan cocok dan
tahan lama. Banyak orang yang pikirannya terlalu pendek dalam hal ini sehingga
gagal dalam pernikahannya. Prinsipnya adalah jika kita hanya berpedoman pada
hal-hal yang sifatnya duniawi (kecantikan/ketampanan dan kekayaan) maka akan
sangat sulit dalam menjalani hari-hari berumah tangga nantinya. Karena semua
itu sifatnya hanya sementara dan sangat mudah berubah.
·
Hubungan
dalam Perkawinan
Hubungan
dalam perkawinan haruslah harmonis, harus bisa menjaga perasaan masing-masing
individu. Jika tidak harmonis pasti dalam pernikahan selalu terjadi
pertengkaran.
·
Penyesuaian
dan Pertumbuhan dalam Perkawinan
Pada
dasarnya, diperlukan penyesuaian diri dalam sebuah perkawinan, yang mencakup
perubahan diri sendiri dan perubahan lingkungan. Bila hanya mengharap pihak
pasangan yang berubah, berarti kita belum melakukan penyesuaian. Hanya, tak
semua pasangan mampu mengelola dengan baik sehingga kemarahan akan terakumulasi
dan berpotensi merusak hubungan.
·
Perceraian
dan Pernikahan kembali
Apa yang
akan mempengaruhi seseorang untuk menikah setelah bercerai? Ada banyak faktor. Faktor
pendidikan, pendapatan, pekerjaan dan sosial juga bisa menjadi penyebab
seseorang untuk menikah lagi.
·
Alternatif
selain perkawinan
Pertunangan
juga merupakan alternatif lain. Melajang adalah salah satu alternatif untuk
tidak menikah. melajang adalah sebuah sebuah pilihan dan bukan terpaksa, selama
pelajang menikmati hidupnya.
Tulisan 7
Pekerjaan adalah aktifitas utama yang dikerjakan
manusia yang memiliki persamaan kewajiban.
1. Mengubah
sikap terhadap perkerjaan
·
Definisi
nilai perkerjaan
Nilai pekerjaan adalah kenikmatan
kita dalam mengarjakan pekerjaan itu. Sekecil apapun pekerjaan yang kita
lakukan, jika kita memahami bahwa pekerjaan itu adalah bagian dari sebuah perencanaan
besar, atau bahwa pekerjaan itu adalah proses menuju terwujudnya sesuatu yang
besar, maka tidak akan ada lagi perasaan kecil dalam hati kita ketika
mengerjakan pekerjaan itu.
·
Apa yang
dicari dalam pekerjaan
Yang dicari dalam pekerjaan adalah
kenikmatan dalam bekerja, kenyamanan dalam bekerja dan kepuasan kerja. Dimana
bagian dari sebuah perencanaan besar atau bahwa pekerjaan itu menuju proses
terwujudnya suatu yang besar.
·
Fungsi
psikologi dari pekerjaan
Fungsi psikologinya yaitu: Lebih
bisa mandiri, lebih kreatif berfikir logis. Bahkan orang yang sudah
mendapatkan banyak uang tidak akan mau mengurangi waktu dan energy yang di
habiskan oleh pekerjaan mereka.kemampuan karena kebutuhan akan penghargaan dan
penguasaan (Morgan,1972)
2. Proses
dalam memilih perkerjaan
Ada enam tahapan yang harus dijalani
oleh seorang calon tenaga kerja, yaitu:
1. Tahap penyerahan surat lamaran
2. Tahap wawancara awal
3. Tahap ujian psikotes (wawancara)
4. Tahap penilaian akhir
5. Tahap pemberitahuan wawancara
akhir.
6. Tahap penerimaan
· Fase–fase
identitas perkerjaan
o Ketertarikan
o Penghargaan
o Keakraban
o Kebosanan
3. Memilih pekerjaan
yang cocok
Memilih pekerjaan yang cocok memeang tidak mudah, perlu proses dan harus memilih dengan benar jika tidak, nanti menjalani pekerjaan itu malah malas-malasan.
Memilih pekerjaan yang cocok memeang tidak mudah, perlu proses dan harus memilih dengan benar jika tidak, nanti menjalani pekerjaan itu malah malas-malasan.
· Hubungan
antara karakteristik pribadi dan karakteristik pekerjaan dalam memilih
pekerjaan yang cocok
o Karakteristik
pribadi
o Karakteristik
pekerjaan
4. Waktu
luang
Menurut Muhammad Adil Khithab berpendapat bahwa waktu
luang adalah waktu bebas yang oleh seseorang diisi sesuai dengan kegiatan yang
dikehendakinya.
Waktu Luang memiliki beberapa pengertian, antara lain:
Menurut Rabiltuz waktu luang adalah waktu yang tersisa dari pekerjaan yang
diharuskan atau sisa waktu belajar atau waktu untuk melaksanakan kewajiban
sehari-hari.
Waktu luang adalah waktu bebas yang tersisa dari
serangkaian kegiatan kehidupan sehari-hari atau setelah melaksanakan kewajiban
dan kepentingan hidup.Waktu luang tersebut bebas diisi dengan kegiatan yang
diinginkan dan disukai.
o Memanfaatkan
waktu luang dengan positif bisasaja dengan berolahraga, membaca buku,
menghabiskan waktu bersama dengan keluarga atau orang yang terkasih.
Memanfaatkan waktu luang yang bermanfaat dan berguna.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar